PSS Sleman
Nama lengkap
Persatuan Sepak bola Sleman
Julukan
Super Elang Jawa
Laskar Sembada
Nama singkat
PSS
Berdiri
20 Mei 1976
Stadion
Stadion Maguwoharjo, Sleman
(Kapasitas: 35,000)
Owner
PT Putra Sleman Sembada
Direktur utama
Soekeno
Manager
Retno Sukmawati
Pelatih
Seto Nurdiantoro
Liga
Liga 1
Liga 2 2018
Juara
(Promosi ke Liga 1)
Situs web
Situs web resmi klub
Kelompok suporter
Slemania
BCS
Sejarah
Persatuan Sepak bola Sleman (PSS) lahir pada Kamis Kliwon tanggal 20 Mei 1976 semasa periode kepemimpinan Bupati Drs. KRT. Suyoto Projosuyoto. Lima tokoh yang membidani kelahiran PSS adalah H. Suryo Saryono, Sugiarto SY, Subardi, Sudarsono KH, dan Hartadi. PSS didirikan pada awalnya hanya mereka senang dengan sepak bola. Dengan sepak bola mereka yakin akan menambah teman, meningkatkan persaudaraan dan tentu saja dengan sendirinya meningkatkan persatuan dan kesatuan masyarakat Kabupaten Sleman. Lahirnya PSS dilatarbelakangi bahwa pada waktu itu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) baru ada dua perserikatan yaitu PSIM Yogyakarta dan Persiba Bantul. Waktu berdirinya PSS hampir bersamaan dengan saat berdirinya Persikup Kulon Progo dan Persig Gunungkidul. Saat itu, selain di Kota Yogyakarta, potensi sepak bola di empat daerah kabupaten tidak terpantau dan kurang terkelola dengan baik. Padahal beberapa daerah di Kabupaten Sleman, seperti Prambanan, Sleman dan Kalasan, Sleman sejak dulu sudah memiliki tim sepak bola yang tangguh, yang ditandai dengan hadirnya beberapa tim luar daerah yang mengadakan pertandingan uji coba dengan tim di kawasan tersebut. Meskipun klub-klub sepak bola di Kabupaten Sleman telah ada dan tumbuh, tetapi belum terorganisasi dengan baik karena di Kabupaten Sleman belum ada perserikatan. Hal ini berdampak terhadap kelancaran klub-klub sepak bola di Kabupaten Sleman dalam mengadakan kompetisi sehingga banyak pemain dari Kabupaten Sleman yang bergabung ke klub-klub sepak bola di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
Keinginan masyarakat yang kuat di Kabupaten Sleman untuk memiliki perserikatan klub sepak bola akhirnya mulai terwujud dengan adanya informasi yang disampaikan oleh Komda PSSI DIY pada waktu itu (Prof. Dr. Sardjono) yang menyatakan bahwa syarat untuk membentuk perserikatan sepak bola minimal harus ada lima klub. Di Kabupaten Sleman pada waktu itu sudah ada lima klub yaitu PS Mlati, AMS Seyegan, PSK Kalasan, Godean Putra dan PSKS Sleman. Akhirnya, tepat pada tanggal 20 Mei 1976, PSS dibentuk dengan Ketua Umum Gafar Anwar (seorang polisi).
Setelah Gafar Anwar meninggal, posisi Ketua Umum PSS digantikan Oleh Drs. Suyadi sampai dengan 1983. Periode 1983-1985, PSS dipimpin oleh Drs. R. Subardi Pd (Drs. KRT. Sosro Hadiningrat). Periode 1986-1989, PSS dipimpin oleh Letkol Infanteri Suhartono. Karena ada perubahan masa bakti/periodisasi dalam memimpin klub perserikatan yang dilakukan oleh PSSI menjadi empat tahunan maka di tengah perjalanan periode Letkol Infanteri Suhartono tepatnya tahun 1987, Letkol Infanteri Suhartono masih dipilih lagi sebagai Ketua Umum PSS untuk masa jabatan 1987-1991. Kemudian pada periode 1991-1995, PSS dipimpin oleh H. RM. Tirun Marwito, S.H. Mulai periode 1996-2000, PSS dipimpin langsung oleh bupati, pada waktu itu Drs. H. Arifin Ilyas. Selanjutnya tahun 2000-2004, PSS dipimpin oleh Bupati Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt. Jabatan Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt dalam memimpin PSS yang berarkhir pada tahun 2004 diperpanjang mulai 2005, banyak nama yang membesarkan PSS, di antaranya Sudarsono KH, H. Sukidi Cakrasuwignya, Suparlan, H. Subardi, S.H., Hendricus Mulyono, Drs. H. Arifin Ilyas, Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt dll.
Awalnya segala kompetisi klub lokal di Sleman berada di bawah naungan PSS. Namun, pada 2008, PSSI mengeluarkan kebijakan agar di tingkat kabupaten berdiri Pengurus Cabang (Pengcab) PSSI. Setelah Pengcab berdiri, kepemimpinan PSS saat itu dijabat Ibnu Subiyanto, yang menjabat sebagai Bupati.
Akibat PSS kesulitan pendanaan dan manajemen, saat Musyawarah Daerah 2008, para klub meminta pengelolaan PSS diserahkan ke Pemkab Sleman. Sejak saat itulah PSS terbelit dalam balutan birokrasi.
Terpenjaranya PSS dalam balutan birokrasi terlihat dari susunan manajemen PSS yang rata-rata diisi para birokrat, seperti Djoko Handoyo, Rumadi ataupun Pustopo. Proses masuknya mereka ke dalam susunan manajemen didasari dengan surat keputusan Bupati Sleman yang saat itu dijabat Drs. H. Sri Purnomo, M.Si.
Saat ini PSS memutuskan menggunakan nama Persatuan Sepak bola Sleman dalam profil timnya berkaitan dengan pajak sponsorship. Nama persatuan hanya dipakai dalam media massa dan komunikasi bisnis saja. Sedangkan nama perserikatan tetap dalam sejarah pendirian. Nama perserikatan tidak diperbolehkan dalam segmen bisnis modern dalam penerimaan sponsorship.
Untuk memenuhi aspek legal dalam mengikuti kompetisi profesional, maka mulai musim 2011/2012 dibentuklah PT. Putra Sleman Sembada (PT. PSS). PT. PSS didirikan dengan akta notaris no. 78 tanggal 26 April 2012 untuk menaungi PSS. Struktur PT. PSS terdiri dari satu Komisaris Utama, tiga Komisaris, satu Direktur Utama/CEO dan empat Direktur yakni Direktur Teknik, Direktur Pemasaran, Direktur Keuangan, dan Direktur Umum. Komisaris Utama dipegang oleh Bambang Sukmonohadi. Komisaris dipegang oleh Mujiman, H. Giyanto, H. Sudibyo. Jajaran direksi dipegang masing-masing Direktur Utama H. Suparjiono, Direktur Teknik Yoni Arseto, Direktur Pemasaran Soekeno, Direktur Keuangan Djaka Waluya, S.E., Direktur Umum Indriyanto Eko Saputro.
PSS beraksi pertama kalinya dalam sebuah turnamen yang digelar di Stadion Kridosono, Yogyakarta. Turnamen kecil dengan peserta dari empat kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang digunakan sebagai ajang seleksi tim Pra PON DIY pada tahun 1976 ini merupakan debut resmi PSS. Dari turnamen ini, akan diambil beberapa pemain yang kemudian akan dijadikan pemain tambahan bagi tim PSIM yang menjadi kekuatan tim inti Pra PON DIY saat itu. PSS berhasil mengalahkan Persig Gunung Kidul 1-0 pada tanggal 10 Agustus 1976, sebelum akhirnya kalah dari Persiba Bantul 0-2 dalam pertandingan final.
Tiga tahun pertama PSS baru mengadakan kegiatan yang lebih bersifat intern, misalnya mengadakan kompetisi antar klub anggota PSS. Kompetisi ini sebagai media publikasi PSS dan dalam rangka memasyarakatkan olahraga sepak bola di wilayah Kabupaten Sleman. Lambat laun jumlah klub yang menjadi anggota PSS semakin banyak. Tahun demi tahun berikutnya dilalui dengan peningkatan-peningkatan, dengan mengikuti pertandingan di tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tiga tahun setelah PSS dibentuk, PSS memulai perjuangan dalam kompetisi Divisi II PSSI pada tahun 1979 dengan lawan tim-tim sepak bola yaitu Persiba Bantul, Persig Gunung Kidul, dan Persikup Kulonprogo untuk tim yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang pada waktu itu memiliki lima perserikatan. Dalam babak penyisihan tersebut PSS menjadi juara. Setelah lolos babak penyisihan PSS langsung masuk divisi IIA bersama dengan tim perserikatan-perserikatan sepak bola dari Provinsi Jawa Tengah yang lolos babak penyisihan seperti PSIR Rembang, Persijap Jepara, dan Persibat Batang (menjadi satu rayon) sehingga perserikatan manapun yang lolos di DIY harus bergabung dulu dengan Provinsi Jawa Tengah melakukan kompetisi dengan hasil PSS selalu gagal maju ke babak ketiga atau babak tingkat nasional.
Pelan namun pasti, PSS mencoba menapak kompetisi nasional melalui pemain-pemain yang dibina di kompetisi internal secara kontinyu. PSS, sadar atau tidak, sebenarnya telah membangun sebuah kultur sepak bolanya melalui kompetisi lokal yang rutin, disiplin dan bergairah. Berdiri tahun 1976, PSS termasuk perserikatan yang muda jika dibandingkan dengan PSIM Yogyakarta, Persis Solo, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, PSMS Medan, Persija dan lainnya.
Namun, meski muda, PSS mampu membangun kompetisi sepak bola secara disiplin, rutin dan ketat sejak pertengahan tahun 1980-an. Kompetisi itu tak bernah terhenti sampai saat ini. Sebuah konsistensi yang luar biasa. Apalagi, kompetisi yang dijalankan melibatkan semua divisi, baik Divisi Utama, Divisi I maupun Divisi II. Bahkan, pernah PSS juga menggelar kompetisi Divisi IIA.
Maka, tak pelak lagi, PSS kemudian memiliki sebuah kultur sepak bola yang baik. Minimal, di Kabupaten Sleman telah terbangun sebuah tradisi sepak bola yang meluas dan mengakar dari segala kelas. Pada gilirannya, tak menutup kemungkinan jika suatu saat PSS mampu menyuguhkan permainan fenomenal dan khas.
Ini prestasi luar biasa bagi sebuah kota kecil yang berada di bawah bayang-bayang Yogyakarta ini. Di Kabupaten Sleman tak ada sponsor besar, atau perusahaan-perusahaan raksasa yang bisa dimanfaatkan donasinya untuk mengembangkan sepak bola. Kompetisi itu lebih berawal dari kecintaan sepak bola, tekad, hasrat, motivasi dan kemauan yang tinggi. Semangat seluruh unsur yaitu penonton, pemain, pelatih, pengurus dan pembina terlihat begitu tinggi.
PSS pernah dipuji oleh ketua umum PSSI, Kardono sebagai tim perserikatan yang memiliki kompetisi internal terbaik di Indonesia. Tak kurang 60 tim amatir secara rutin bertarung dalam tiga divisi dalam kompetisi PSS. Klub-klub asal Kabupaten Sleman pun merajai berbagai turnamen tarkam, dan PSS tak pernah kekurangan stok pemain.
Sejak tahun 1987, PSS mulai menargetkan agar dapat berlaga ke pentas sepak bola nasional dengan promosi ke Divisi Satu. Namun seringkali usaha PSS kandas saat mengikuti kompetisi penyisihan Divisi IIA zona Jateng DIY. Persijap Jepara, PSIR Rembang, dan Persiku Kudus, adalah lawan-lawan yang secara bergantian mengganjal langkah PSS agar dapat lolos ke Divisi II zona nasional. Keberhasilan PSIR Rembang dan Persiku Kudus promosi ke Divisi Satu, dan bahkan ke Divisi Utama Liga Indonesia saat Liga Indonesia mulai bergulir memuluskan langkah PSS untuk merajai Divisi IIA Jateng DIY bersama Persijap Jepara, dan berlaga di pentas Divisi II Nasional.
Namun, usaha PSS untuk promosi ke Divisi Satu Liga Indonesia pada Liga Indonesia 1994/1995 gagal di babak penyisihan sekalipun mereka berlaga di kandang sendiri. Pada waktu itu, PSS selalu mengikuti kompetisi Divisi II PSSI sejak tahun 1979 sampai kemudian baru Liga Indonesia tahun 1995/1996, PSS meraih juara kompetisi Divisi Dua Liga Indonesia untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah bertanding dengan tim-tim dari yang lolos penyisihan dari Provinsi Jawa Tengah, PSS berhasil lolos babak ketiga dan berhasil melangkah ke putaran final babak empat besar Divisi II yang diselenggarakan di Tangerang. Sayangnya PSS harus mengakui Persewangi Banyuwangi dalam babak semifinal melalui adu penalti. Persewangi Banyuwangi, dan Persikota Tangerang pun lolos otomatis ke Divisi Satu Liga Indonesia, sedangkan PSS bersama Persipal Palu harus beradu dengan dua tim Divisi Satu Liga Indonesia dalam babak play off.
Dalam babak play off yang diadakan di Stadion Tridadi pada tanggal 4-9 Juli 1996, PSS sempat berada di ujung tanduk setelah tim Persiss Sorong menyerah 1-7 dari Persipal Palu, dan membuat PSS harus mengalahkan pimpinan klasemen Aceh Putra untuk berebut satu tiket tersisa. Kalah atau imbang, PSS harus merelakan Aceh Putra, dan Persipal Palu untuk berlaga di Divisi Satu Liga Indonesia. Lewat pertarungan ketat, PSS berhasil mengalahkan Aceh Putra dan meraih tiket promosi dengan pelatih Suwarno.
Selama berada di Divisi II PSS tidak pernah mendapatkan sumber pendanaan dari Pemerintah Kabupaten Sleman. Tidak ada sponsor dari manapun, sumber pendanaan PSS pada waktu itu berasal dari kontribusi pribadi masyarakat Kabupaten Sleman yang gila bola. Rumah Sudarsono KH di Rogoyudan, Jalan Magelang berfungsi sebagai kantor PSS, di mana di tempat ini diadakan rapat dan berkumpulnya para pemain sepak bola menjelang dan sesudah pertandingan. Kemudian PSS mengikuti kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia selama empat tahun mulai musim kompetisi 1996/1997 sampai musim kompetisi 1999/2000.
Aksi debutan PSS di Divisi Satu Liga Indonesia 1996/1997 cukup mencengangkan. Tim yang mengandalkan materi pemain hasil binaan sendiri tersebut berhasil lolos dari Grup Tengah III, mendampingi Persikabo Bogor ke babak sepuluh besar. Dalam babak sepuluh besar Grup A yang digelar di Stadion Mandala Krida, PSS harus puas di peringkat tiga dan gagal ke semifinal. Tahun 2000 adalah tahun berakhirnya masa jabatan Bupati Drs. H. Arifin Ilyas dan sebagai bupati ingin meninggalkan kesan yang terbaik, sehingga termotivasi kuat untuk mengantarkan PSS masuk Divisi Utama Liga Indonesia. Akhirnya, pada kompetisi tahun 1999/2000, dalam situasi krisis moneter PSS berhasil promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia setelah PSS bersama-sama dengan Persita, Persikabo dan Persijap melakukan pertandingan empat besar di Stadion Tangerang dan PSS menjadi Juara II Kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia, yang ditandai dengan kecemerlangan performa M. Eksan yang keluar sebagai top skor dengan 11 gol. Pertandingan empat besar tersebut berlangsung pada 26-30 Mei 2000. Dan sebagai Manager PSS adalah H. Sukidi Cakrasuwignya dengan pelatih Drs. Bambang Nurdjoko dan Drs. Herwin Sjahruddin.
Perjalanan PSS yang membanggakan itu bukan hal yang mudah. Meski lambat, perjalanan itu terlihat mantap dan meyakinkan. Sebelumnya, pada kompetisi tahun 1990-an, PSS masih berada di Divisi II. Tapi, secara perlahan PSS bergerak dengan mantap. Pada kompetisi tahun 1995/1996, tim ini berhasil masuk Divisi Satu Liga Indonesia, setelah melewati perjuangan berat di kompetisi-kompetisi sebelumnya. Dengan kata lain, PSS mengorbit di Divisi Utama Liga Indonesia bukan karena karbitan. Ia melewatinya dengan proses panjang.
Sempat dipandang sebelah mata, setelah bertanding di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia, PSS bukanlah pendatang baru yang mudah dijadikan bulan-bulanan oleh tim-tim elit. Padahal, di Divisi Utama Liga Indonesia, PSS tetap menyertakan pemain produk kompetisi lokalnya. Mereka adalah M. Eksan, Slamet Riyadi, M. Ansori, Fajar Listiyantoro dan M. Muslih. Bahkan, M. Eksan, Slamet Riyadi dan M. Ansori merupakan pemain berpengaruh dalam tim.
Pada penampilan perdananya, PSS langsung mengagetkan insan sepak bola Indonesia. Di luar dugaan, PSS menundukkan tim elit bergelimang uang, Pelita Solo 2-1.
Bahkan, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwana X sendiri yang saat itu berada di Brunei Darussalam dalam rangka promosi wisata juga kaget. Kepada Bupati Kabupaten Sleman Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt yang mengikutinya, Sri Sultan Hamengkubuwana X mengatakan, "Ing atase cah Sleman sing ireng-ireng biso ngalahke Pelita." Artinya, anak-anak Kabupaten Sleman yang hitam-hitam itu (analog orang desa) kok bisa mengalahkan tim elit Pelita Solo.
Saat itu, Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt menjawab, "Biar hitam nggak apa-apa tho pak, karena bupatinya juga hitam." Ini sebuah gambaran betapa prestasi PSS memang mengagetkan. Bahkan, gubernur sendiri kaget oleh prestasi anak-anaknya. Akan lebih mengagetkan lagi, jika Sri Sultan Hamengkubuwana X tahu proses pertandingan itu. Sebelum menang, PSS sempat ketinggalan 0-1 lebih dulu. Hasil ini menunjukkan betapa permainan PSS memiliki kemampuan dan semangat tinggi, sehingga tak minder oleh tim elit dan tak putus asa hanya karena ketinggalan. Berikutnya, tim cukup tua Gelora Dewata menjadi korbannya. Bahkan, di klasemen sementara, PSS sempat bertengger di urutan pertama.
Ketika tampil di kandang lawan, Malang United dan Barito Putra, PSS juga tak bermain cengeng. Bahkan, meski akhirnya kalah, PSS membuat tuan rumah selalu was-was. Sehingga, kekalahan itu tetap menjadi catatan mengesankan. Maka, tak heran debut PSS itu kemudian menjadi perhatian banyak orang. Hanya dalam sekejap, PSS sudah menjadi tim yang ditakuti, meski tanpa bintang.
Pembinaan sepak bola ala PSS ini akan lebih tahan banting. Sebab itu, terlalu berlebihan jika menilai PSS bakal numpang lewat di Divisi Utama Liga Indonesia. PSS dapat bertahan menghadapi persaingan keras Divisi Utama Liga Indonesia. Tim berjuluk Elang Jawa ini berhasil lolos dari jurang degradasi pada saat saat terakhir kompetisi.
Meski belum optimal, PSS akhirnya menuai hasil dari tradisi sepak bola mereka. Setidaknya, PSS sudah melahirkan pemain nasional Seto Nurdiantoro. Sebuah prestasi langka bagi Daerah Istimewa Yogyakarta. Terakhir, pemain nasional dari Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kiper Siswadi Gancis. Itupun ia menjadi cadangan Hermansyah. Dengan memiliki tradisi sepak bola yang mantap dan mapan, tak menutup kemungkinan jika PSS akan memiliki kualitas sepak bola yang tinggi. Prestasi terbaik PSS diraih saat Divisi Utama Liga Indonesia digelar dengan sistem satu wilayah pada tahun 2003, dan 2004, finish dengan dua kali menempati posisi ke-4 secara berturut-turut. Sayangnya, melambungnya prestasi PSS juga ditandai dengan memudarnya semangat pembinaan, dan terbengkalainya kompetisi internal di Kabupaten Sleman. Problema antara tuntutan prestasi dan pembinaan menjadi tantangan terbesar bagi PSS agar keberadaannya mampu mencerminkan kualitas kompetisi sepak bola di Kabupaten Sleman.
Pada Divisi Utama Liga Indonesia 2011–12 (LPIS), PSS mulai mencoba bangkit dari keterpurukan. Meskipun hanya bermaterikan pemain-pemain muda, PSS mampu kembali bersaing dengan para kompetitor lainnya dan menjadi tim yang layak diperhitungkan. Musim berikutnya pada Liga Indonesia 2013, PSS membentuk tim yang kuat dengan persiapan yang matang. PSS pun berhasil lolos ke semifinal setelah dalam babak penyisihan tampil sebagai juara grup. Setelah penantian selama 13 tahun, PSS akhirnya kembali masuk final. Dalam babak semifinal, PSS menang dengan skor meyakinkan 3-0 atas Persitara pada 7 November 2013 di Stadion Maguwoharjo yang ditunjuk sebagai tuan rumah. Di final yang digelar pada 10 November 2013 bertepatan dengan Hari Pahlawan ini PSS berhadapan dengan Lampung FC yang sebelumnya mengalahkan Persenga Nganjuk dua gol tanpa balas. Partai puncak pun berlangsung ketat, laga ini harus berakhir imbang 1-1 dalam waktu normal setelah Lampung FC berhasil mencuri gol untuk menyamakan kedudukan. Lewat drama perpanjangan waktu, PSS akhirnya mampu menundukkan Lampung FC dengan skor 2-1. Dengan kemenangan tersebut PSS berhasil meraih gelar juara untuk pertama kalinya pada kompetisi profesional setelah 37 tahun berdiri. Sejak kiprahnya di Divisi Utama Liga Indonesia, PSS telah mengantarkan Seto Nurdiantoro, Anton Hermawan, Mauly Lessy, Anang Hadi, Fachrudin Aryanto, dan Juan Revi untuk mengenakan kostum Tim nasional sepak bola Indonesia.
Prestasi
Perserikatan
1979 Divisi II DIY
1980 Divisi II DIY peringkat ke-2
1983 Divisi II DIY Peringkat ke-1
1985 Divisi II DIY Peringkat ke-1
1986 Divisi II DIY Peringkat ke-1
1986/1987 Divisi II DIY Peringkat ke-1
1987/1988 Divisi II DIY Peringkat ke-1
1989/1990 Divisi II DIY Peringkat ke-1
1990/1991 Divisi IIA Jateng DIY Peringkat ke-6
1991/1992 Divisi II DIY Peringkat ke-1
1993/1994 Divisi II Nasional Delapan Besar (Juara Divisi II DIY)
Liga Indonesia
1994/1995 Divisi Dua Liga Indonesia 16 Besar Nasional
1995/1996 Divisi Dua Liga Indonesia Promosi ke Divisi Satu Liga Indonesia (Playoff Divisi Satu Liga Indonesia)
1996/1997 Divisi Satu Liga Indonesia 10 besar (Peringkat ke-3 Grup A)
1997/1998 Divisi Satu Liga Indonesia - Kompetisi dihentikan
1998/1999 Divisi Satu Liga Indonesia Peringkat ke-4 Grup II
1999/2000 Divisi Satu Liga Indonesia Promosi ke Divisi Utama (Peringkat ke-2)
2001 Divisi Utama Peringkat ke-10 Grup Timur
2002 Divisi Utama Peringkat ke-7 Grup Timur
2003 Divisi Utama Peringkat ke-4
2004 Divisi Utama Peringkat ke-4
2005 Divisi Utama Peringkat ke-7 Wilayah I
2006 Divisi Utama - PSS tidak melanjutkan kompetisi karena adanya bencana gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya
2007 Divisi Utama Peringkat ke-12 Wilayah Barat
2008/2009 Divisi Utama Peringkat ke-8 Wilayah Timur
2009/2010 Divisi Utama Peringkat ke-10 Grup 3
2010/2011 Divisi Utama Peringkat ke-10 Grup 3
2011/2012 Divisi Utama Peringkat ke-7 Grup 2
2013 Divisi Utama Juara Umum
2014 Divisi Utama 8 Besar
2016 Indonesia Soccer Championship B Runner Up
2017 Liga 2 16 Besar
2018 Liga 2 Juara 1
Piala Indonesia
2005 Semifinalis
2006 PSS tidak jadi berkompetisi karena adanya bencana gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya
2007 32 Besar
2008/2009 52 Besar
2012 40 Besar
Piala Soeratin
2001 Peringkat ke-3
2002 Peringkat ke-4
2008 32 Besar
2014 Juara Zona DIY
2017 Peringkat ke-3
Apparel
Musim
2001-2002 Nike
2003-2024 Nike
2005-2006 Adidas
2007-2008 Vilour
2008-2009 Adidas
2009-2010 Adidas
2010-2011 Adidas
2011-2012 Adidas
2013-2018 Sembada
2018-2019 SembadaBadan Hukum
PT. Putra Sleman Sembada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar